VIRALS.CO.ID – Kolektif Hysteria, sebuah komunitas seni dan budaya yang berpusat di Kota Semarang, menggelar acara musik bertajuk “Klout Stage Live” sebagai bagian dari kampanye kesadaran krisis iklim.
Acara tersebut dikemas dalam konsep “Simfoni di Pesisir,” dengan menghadirkan kolaborasi dua musisi eksperimental yang juga merupakan aktivis lingkungan, yaitu Nova dari Indonesia dan Filastine dari Barcelona.
Keduanya terkenal karena aksi mereka dalam melawan perubahan iklim melalui kapal mereka yang diberi nama “Arka Kinari.”
Selain partisipasi aktivis global, warga Tambakrejo juga turut serta dalam kampanye ini melalui seni pertunjukan teater.
“Kampung kami adalah bukti nyata dari dampak perubahan iklim. Daratan kami hilang hingga sejauh 2 kilometer. Area pemakaman, lapangan, jalan, dan hutan mangrove kini berubah menjadi lautan,” kata Marzuki, salah satu warga Tambakrejo, pada Sabtu (28/9/2024).
Dari pertunjukan seni ini, Zuki menyimpulkan bahwa generasi saat ini memiliki tanggung jawab untuk menjaga alam yang masih bisa diselamatkan, agar kerusakan tidak semakin meluas.
“Kita harus memastikan generasi berikutnya tidak mewarisi kerusakan lingkungan,” tambahnya.
Zuki juga menekankan pentingnya keterlibatan semua pihak.
Pengelolaan kawasan pesisir di Kota Semarang bukan hanya tanggung jawab warga Tambakrejo saja, melainkan juga seluruh lapisan masyarakat.
“Kami yang tinggal di muara sungai sangat terpengaruh oleh sampah dari hulu. Jadi, warga di wilayah hulu harus lebih berhati-hati dan tidak membuang sampah sembarangan ke sungai,” jelasnya.
Klout Stage Live adalah platform musik baru yang dibentuk oleh Kolektif Hysteria.
“Simfoni di Pesisir” bersama Filastine dan Nova merupakan proyek pertama yang diadakan di pesisir Semarang pada Jumat malam (27/9/2024).
“Kami memilih bekerja sama dengan Filastine dan Nova karena kampanye perubahan iklim yang mereka lakukan relevan dengan kondisi pesisir. Musik mereka menyuarakan isu-isu lingkungan baik di tingkat lokal maupun global,” ungkap Ahmad Khairudin, Direktur Kolektif Hysteria.
Ia juga menambahkan bahwa keterlibatan langsung warga pesisir dalam acara ini sangat penting karena mereka adalah kelompok yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Pertunjukan ini juga menjadi bagian dari rangkaian acara sebelumnya, yaitu Festival Banyu Pitu, yang menghubungkan antara laut dan pegunungan.
“Kami ingin menunjukkan bahwa kawasan hulu dan hilir memiliki hubungan yang erat, sehingga harus dijaga bersama-sama,” ujar Ahmad, yang akrab dipanggil Adin. (*)