VIRALS.CO.ID – Produksi karya seni Gebyok Kudus saat ini menghadapi tantangan serius dalam hal regenerasi pengrajin, terutama dalam melestarikan budaya lokal di Kabupaten Kudus dan sekitarnya.
Para perajin Gebyok Kudus mengalami hambatan dalam menjaga keberlanjutan produksi, baik dari sisi sumber daya manusia, sumber daya alam, maupun teknologi yang digunakan.
Kebutuhan para perajin di Desa Sidorekso, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, yang menjadi pusat industri kreatif, mencakup permasalahan pewarisan budaya yang melibatkan teknologi, seni, ekonomi kreatif, serta kelangsungan produksi.
“Kami memberikan pemahaman tentang penggunaan teknologi yang sesuai, dengan fokus pada keselamatan dan kesehatan para perajin seni Gebyok Kudus,” ungkap Nur Fajrie, Ketua Tim Pemberdayaan Mitra Usaha Produk Unggulan Daerah (PM-UPUD) Universitas Muria Kudus (UMK), pada Jumat, 13 September 2024.
Didukung oleh Kemdikbudristek tahun 2024, timnya mengadakan pelatihan, sosialisasi, dan transfer keterampilan kepada para pengrajin seni Gebyok Kudus.
Dalam upaya menerapkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan para pengrajin, Tim PM-UPUD menyerahkan perangkat mesin kepada dua pengrajin mitra, disaksikan Kepala Desa Sidorekso, Muhammad Arifin.
“Kami menyerahkan mesin serut kayu portable, mesin bobok kayu semi-modern, vacuum separator, dan mesin penyedot debu untuk limbah kayu,” jelasnya.
Selama ini, para perajin Gebyok Kudus menggunakan metode produksi manual dan konvensional.
Oleh karena itu, diperlukan peningkatan kapasitas kerja dan penyediaan teknologi seperti desain motif digital, pemasaran melalui media sosial dan situs web, serta pengolahan limbah kayu menjadi produk daur ulang.
Salah satu perajin mitra, Supriyanto, menyampaikan rasa terima kasih atas program pemberdayaan ini.
Menurutnya, program ini sangat bermanfaat dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan teknologi kepada perajin di Desa Sidorekso.
Senada, Noor Hadi, perajin lainnya, menyatakan bahwa program ini sangat positif untuk melestarikan seni Gebyok Kudus melalui pelatihan dan penerapan ilmu akademis bagi para pengrajin.
“Kami sangat mengapresiasi program ini, karena membantu menyelesaikan masalah pewarisan budaya dari aspek produksi, ekonomi, dan sosial budaya di Kudus,” ujarnya. (*)