viral Regional

Darurat Sampah! TPA Degayu Kota Pekalongan Diprediksi Penuh Akhir Tahun 2024

TPA Degayu Pekalongan diprediksi hanya mampu menampung sampah hingga akhir tahun 2024. (Dok Kominfo Kota Pekalongan)

VIRALS.CO.ID – Kota Pekalongan menghadapi situasi darurat sampah, karena Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Degayu sebagai satu-satunya lokasi pembuangan sampah, diperkirakan hanya mampu menampung sampah hingga akhir 2024 atau awal 2025.

Wali Kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan Djunaid mengungkapkan bahwa masalah sampah di Kota Pekalongan sudah berada pada kondisi darurat.

Pasalnya, TPA Degayu kini sudah melebihi kapasitasnya (overload).

“Kami menyadari bahwa masalah sampah ini merupakan tantangan besar di hampir semua kabupaten/kota di Indonesia, termasuk Kota Pekalongan,” ujar Wali Kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan Djunaid, Selasa (23/7/2024).

Menurutnya, ada banyak faktor yang menyebabkan pengelolaan sampah di Kota Pekalongan belum optimal.

Faktor-faktor tersebut termasuk perlunya program pemerintah melalui dinas terkait untuk mengurangi sampah secara signifikan, baik dari pemilahan sampah rumah tangga oleh masyarakat maupun dari bank sampah.

“Setiap harinya, sekitar 130 ton sampah masuk ke TPA Degayu,” tambahnya.

Oleh karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan mendorong masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga sebagai bagian dari pengelolaan sampah.

Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan, terutama dalam pengelolaan sampah dari rumah sebelum dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS) dan kemudian diangkut ke TPA Degayu.

“Meskipun sebagian masyarakat sudah tertib dalam membuang sampah, namun sampah tersebut seringkali dicampur kembali saat diangkut dengan truk sampah,” imbuhnya.

Selain itu, pemilahan sampah dari rumah perlu dioptimalkan, serta mengubah sampah menjadi sumber penghasilan (pundi-pundi rupiah).

Jika semua masyarakat sadar untuk membuang sampah pada tempatnya, maka jumlah sampah akan berkurang.

“Saya mengajak semua untuk lebih peduli dan bijak dalam membuang sampah. Jika TPA Degayu sudah overload, maka sampah akan dibuang kemana lagi?”.

Sebagus apapun program pemerintah yang sudah dilaksanakan, dan sebanyak apapun biaya yang sudah dikeluarkan akan sia-sia jika tidak dibarengi dengan partisipasi dan kesadaran masyarakat,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan, Sri Budi Santoso, menjelaskan bahwa salah satu kendala dalam masalah sampah saat ini adalah sampah yang hampir tidak terpilah dari sumbernya.

Sehingga, memilah sampah akan sangat membantu mengurangi tumpukan sampah di TPA.

Sekitar 60-64 persen sampah yang dihasilkan masyarakat adalah sampah organik, sedangkan sampah anorganik setelah dipilah dapat menjadi barang bermanfaat bahkan bernilai ekonomi.

“Tugas kita bersama adalah mengolah sampah organik yang mencapai sekitar 60 persen. Teknologi yang sudah diterapkan oleh DLH meliputi composting (proses penguraian bahan organik secara biologis untuk menghasilkan pupuk alami) dan budidaya maggot,” jelasnya.

Pihaknya terus mengimbau masyarakat untuk berpartisipasi mengolah sampah dengan tanggung jawab dan bijak.

Hal ini penting mengingat sampah dihasilkan oleh semua orang, sementara kapasitas TPA Degayu sudah semakin penuh.

Oleh karena itu, diperlukan tanggung jawab dan kerjasama dalam mengolah sampah yang dihasilkan masing-masing.

“Pengolahan sampah bisa dilakukan melalui komunitas-komunitas wilayah, maupun individu. Terhitung Januari-Mei 2024, rata-rata sudah 130 ton sampah masuk ke TPA Degayu setiap harinya.”

“Jumlah ini cukup tinggi, karena potensi sampah yang dihasilkan sekitar 160 ton. Artinya, sudah hampir 85 persen sampah tersebut masuk ke TPA,” tambahnya. (*)

Exit mobile version