viral Pendidikan

Go Green ala Mahasiswa UNS: Kotoran Sapi Jadi Pupuk Organik Berkualitas

Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Sebelas Maret (UNS) telah melaksanakan sosialisasi pembuatan pupuk organik dari kotoran sapi di Desa Srimulyo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen, pada hari Rabu (21/8/2024). (dok KKN UNS)

VIRALS.CO.ID – Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Sebelas Maret (UNS) telah melaksanakan sosialisasi pembuatan pupuk organik dari kotoran sapi di Desa Srimulyo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen, pada hari Rabu (21/8/2024).

Menurut penggagas program, Ahmad Ghaiyyas Afsaruddin dari Fakultas Pertanian dan Peternakan UNS, kegiatan itu bertujuan untuk menawarkan solusi pertanian yang lebih ramah lingkungan serta meningkatkan kesejahteraan petani setempat.

Desa Srimulyo yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai pengrajin batu bata, petani, dan peternak sapi, memiliki potensi besar dalam pemanfaatan kotoran sapi sebagai pupuk organik.

“Sayangnya, potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal,” ujar dia dalam keterangannya, Sabtu (24/8/2024).

Melalui sosialisasi ini, tim KKN UNS 201 2024 memperkenalkan metode pembuatan pupuk organik yang memanfaatkan kotoran sapi, kapur pertanian, dan starter mikroba.

Pemanfaatan feses sapi untuk pembuatan kompos ini tidak hanya membantu menjaga kelestarian lingkungan, tetapi juga meningkatkan pendapatan peternak dengan menaikkan nilai jual limbah serta memperbaiki kerusakan fisik tanah yang disebabkan oleh penggunaan pupuk kimia.

“Saya melihat banyaknya kotoran ternak sapi yang tidak diolah dan dibiarkan begitu saja. Hal ini menyebabkan polusi udara yang seharusnya bisa diatasi dengan pengolahan yang tepat,” ujar Ketua Kelompok 201 KKN UNS 2024, Ahmad Ghaiyyas.

Dalam sosialisasi yang dihadirpuluhan petani dan peternak lokal ini, tim KKN UNS 201 2024 menjelaskan langkah-langkah pembuatan pupuk organik secara sederhana.

Untuk mengelola kotoran sapi menjadi pupuk organik padat, diperlukan beberapa alat seperti sekop, ember atau lahan yang cukup luas, timbangan digital, dan cangkul.

Peserta sosialisasi pembuatan pupuk organik dari kotoran sapi di Desa Srimulyo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen, pada hari Rabu (21/8/2024). (dok KKN UNS)

Bahan yang dibutuhkan meliputi kotoran sapi sesuai kebutuhan, kapur pertanian (Dolomit) sebanyak 1,5% dari jumlah kotoran sapi, serta starter mikroba (Stardec/Starbio) sebanyak 0,5% dari jumlah kotoran sapi.

Proses pembuatan pupuk organik ini dimulai dengan mengumpulkan kotoran sapi yang baru, kemudian mencampurnya dengan kapur pertanian untuk menetralkan keasaman dan mengurangi bau.

Setelah itu, starter mikroba ditambahkan untuk mempercepat dekomposisi bahan organik.

Campuran tersebut kemudian ditutup dan dibiarkan selama beberapa minggu hingga fermentasi selesai, menghasilkan pupuk organik yang kaya nutrisi.

Setelah fermentasi selesai, pupuk organik ini siap digunakan pada lahan pertanian untuk meningkatkan kesuburan tanah.

Penggunaan pupuk organik dari kotoran sapi memberikan banyak manfaat, antara lain meningkatkan kesuburan tanah dengan memperbaiki strukturnya, meningkatkan kapasitas retensi air, dan memperkaya tanah dengan nutrisi yang dibutuhkan tanaman.

Selain itu, pemanfaatan kotoran sapi yang melimpah dapat mengurangi ketergantungan petani pada pupuk kimia yang mahal, sekaligus mendukung upaya pelestarian lingkungan dengan mengurangi polusi tanah dan air akibat penggunaan pupuk kimia.

Masyarakat sekitar tepatnya di Dusun Tok Laos Kidul menyambut baik sosialisasi ini.

Banyak dari mereka yang tertarik untuk segera mencoba metode pembuatan pupuk organik ini di lahan mereka.

Peserta sosialisasi, Wardi, menyatakan, rasa syukurnya karena telah dibantu sehingga mendapatkan pemahaman baru mengenai pemanfaatan kotoran sapi.

“Kami sangat berterima kasih kepada adik-adik mahasiswa dari UNS. Dengan adanya sosialisasi ini, kami jadi lebih paham bagaimana memanfaatkan kotoran sapi yang selama ini hanya kami buang begitu saja. Mudah-mudahan dengan adanya sosialisasi ini masyarakat dapat menerapkan apa yang telah disampaikan,” jelas Wardi.

Melalui kegiatan ini, diharapkan petani di Desa Srimulyo dapat lebih mandiri dalam mengelola lahan pertanian mereka, memanfaatkan sumber daya yang ada, dan berkontribusi pada kelestarian lingkungan.

Tim KKN UNS juga berharap program ini bisa menjadi langkah awal bagi pengembangan pertanian organik di Srimulyo dan desa-desa sekitarnya. (*)

Exit mobile version